Nuansa Palembang di Pernikahan Ibas-Aliya
ewin
19.24

BOGOR – Pada 2007, Edhie Baskoro atau lebih dikenal Ibas bertemu Siti Rubi Aliya Rajasa untuk pertama kalinya di Istana Cipanas. Empat tahun kemudian, di tempat ini pula putra-putri pasangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Ani Yudhoyono dan Menko Perekonomian Hatta Rajasa-Oktiniwati Ulfa Dariah Rajasa atau Okke Rajasa itu mengikat janji dalam suasana khidmat dan sakral berbalut tradisi Islam dan adat Palembang.
Dengan maskawin berupa koin emas seberat 100 gram dan seperangkat alat salat,Ibas menikahi Aliya dengan disaksikan Wakil Presiden (Wapres) Boediono dan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais. Ayahanda Aliya, Hatta Rajasa, sendirilah yang menikahkan Ibas dengan Aliya. Meskipun terlihat tegang sebelum prosesi, Ibas cukup lancar mengucapkan akad nikah.
Prosesi akad nikah diawali sejumlah upacara adat. Upacara dimulai dengan datangnya mempelai pria dengan ditemani rombongan keluarga inti,yaitu Presiden SBY,Ibu Ani Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono, serta sang istri Annisa Pohan yang datang dengan membawa tepak sirih. Mereka datang ke tempat upacara untuk menemui perwakilan keluarga mempelai wanita.
Setelah bertemu dengan keluarga mempelai wanita, dimulailah upacara Limara Bekandang atau membuka Kandang Adat yang menyimbolkan pemisah antara keluarga kedua mempelai. Pemisah tersebut dilambangkan dengan bentangan kain songket dan menyimbolkan halaman pengantin wanita.
Saat acara berakhir, kain songket pun dilipat. Prosesi dilanjutkan dengan Cicip Sirih dan Tukar Tepak Sirih di mana perwakilan keluarga saling mencicip sirih dan tukar tempat sirih dengan diawali saling lempar pantun. Prosesi ini melambangkan telah tercapainya kesepakatan antara kedua mempelai. Prosesi di atas dilanjutkan dengan prosesi lain yang juga berbasis adat Palembang.
Yang menarik, Aliya sempat menari ”Pagar Pengantin”.Tari Pagar Pengantin menggambarkan berakhirnya masa remaja mempelai wanita dan mengingatkan bahwa kehidupan sang mempelai tidak sebebas dulu lagi karena sudah berumah tangga. Ketidakbebasan ini dilambangkan dengan tulang agung keemasan (seperti tampah beras) yang dijadikan alas menari pengantin wanita.
Aliya tampak luwes membawakan Tari Pagar Pengantin bersama delapan penari lainnya. Agar bisa membawakan tarian tersebut, Aliya sempat berguru di Sanggar Tari Reny Sukainah Sri Wijaya.Menurut pelatih tari Aliya, Ibu Reny, Aliya hanya dilatih tiga kali agar bisa menari Pagar Pengantin dengan luwes.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Leave A Comment...