Arti Hybrid Akad
ewin
18.56
Assalamulaikum warahmatullah wa barakatuh Bapak Abdul Mughni, saya ingin bertanya, apa yang dimaksud dengan Hybrid Kontrak? Apa saja contoh dan aplikasinya di lembaga keuangan syariah? Apakah sama dengan kontrak-kontrak lainnya atau ada perbedaan? Mohon penjelasan dan masukannya.Terima kasih Waalaikumsalam, saudaraku hamba Allah, hybrid kontrak adalah percampuran atau penggabungan suatu kontrak atau akad dengan akad yang lain dalam sebuah kesatuan transaksi (ikatan). Dalam istilah bahasa arab dikenal dengan uqud murokkabah. Dr Nazih Hammad mendefi nisikanya dengan kesepakatan dua pihak dalam melaksanakan sebuah transaksi yang menghimpun dua akad atau lebih, dimana konsekuensi yang ditimbulkan dan kewajiban–kewajiban dari akad–akad itu adalah satu dan tidak terpisahkan.
Dalam beberapa hadis nabi ada keterangan tentang hybrid kontrak atau multiakad ini, contoh larangan tentang bay’ inah (jual beli inah). Jual beli inah adalah sebuah akad gabungan antara jual beli pertama dengan jual beli kedua, dimana pelakunya adalah dua pihak yang sama. Ilustrasinya adalah A menjual baju kepada B dengan harga Rp10.000 yang akan dibayar pekan depan, kemudian B menjual kembali baju itu kepada A dengan harga Rp9.000 tunai.
Dalam hadis lain nabi juga melarang gabungan antara jual beli dengan pinjaman. Sabda nabi, “la yahillu salafun wa bay’un” (HR Abu Dawud, Turmuzi). Ilustrasinya adalah A meminjamkan uang kepada B dengan syarat B harus menjual sesuatu barang kepada A dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Dalam hadis lain nabi juga mengisyaratkan adanya multiakad (hybrid kontrak), contoh hadis nabi, “Naha sholallahu alayhi wa salam shofqotayn di shofqoh wahidah” (HR Ahmad).
Nabi melarang dua transaksi dalam satu transaksi . Dalam riwayat Abu Hurayrah, “Naha sholallahu alayhi wa salam bay’atayn fi bay’atin (HR Turmuzi), artinya nabi melarang dua jual beli dalam satu jual beli. Dr Muhyiddin Qaradaghi menjelaskan maksud yang tepat dalam larangan hadis tersebut seperti yang dijelaskan sahabat Abdullah bin Mas’ud. Yakni, kalau jual beli tunai dengan harga A , dan kalau dicicil dengan harga B. Artinya, ada dua harga yang beda antara tunai dan cicilan, tanpa diputuskan mana yang akan diambil. Jika pembeli memutuskan harga A, maka sah, begitu pula jika memutuskan dengan harga B.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Leave A Comment...