Cigudeg Siaga Satu 12 Rumah Hancur, 213 Jiwa Diungsikan
ewin
19.03
BOGOR–Sedikitnya 12 rumah hancur, 41 bangunan rusak parah dan 213 jiwa diungsikan akibat pergeseran lapisan tanah di Kampung Sirnagalih, RT 05/03, Desa Sukaraksa, Kecamatan Cigudeg, Senin (12/12). Kemarin, Muspika Cigudeg mendirikan beberapa tenda darurat di atas lahan fasilitas umum milik Pemerintah Kabu paten Bogor untuktempat tinggal sementara warga yang mengungsi.Kades Sukaraksa, Atma Widjaya mengatakan, pasca pergeseran tanah, pihaknya telah memberikan komando kepada seluruh warga untuk tidak menempati rumah tinggal mereka sementara waktu. Warga diminta tinggal di tenda darurat yang telah didirikan Muspika Cigudeg. “Sebenarnya pergeseran tanah ini sudah terjadi sejak Rabu (7/12). Saat itu, bangunan rumah warga sudah mulai retak-retak,” terangnya.
Pria yang akrab disapa Midi itu juga membeberkan, munculnya tanda-tanda keretakan yang lebih hebat terjadi pada Minggu (11/12) sore, tepatnya saat Cugideg dilanda hujan deras. Saat itu, kata dia, keretakan bangunan rumah warganya semakin membesar hingga mencapai 10 sampai 25 sentimeter. “Kepanikan sempat muncul, saya terima banyak laporan dari warga.
Nah, saat itu saya perintahkan untuk waspada,” sambungnya. Puncaknya, Senin (12/12) sekitar pukul 16:00, tanah kembali bergerak. Beberapa retakan membesar hingga mencapai tiga meter. Kondisi diperparah dengan hujan deras yang mengguyur Kampung Sukaraksa pukul 15:00 hingga 19:00. Akibat pergeseran hebat ini, 12 rumah di RT 05/03, rusak berat. Sedangkan, 29 rumah lainnya rusak ringan.
Warga yang kaget dan panik kemudian berhamburan keluar rumah untuk menyelematkan diri. Setelah hujan reda, warga kembali menyambangi rumah masing-masing dan menyelematkan barang-barang berharga. “Musibah ini baru kali pertama terjadi di Sukaraksa. Sebelumnya tidak pernah terjadi. Kita juga belum tahu apa sebabnya,” tekan Midi.
Sementara itu, Camat Cigudeg, Enday Zarkasyi mengatakan, pasca musibah, pihaknya sudah melakukan penanganan, termasuk mendirikan tenda darurat yang difungsikan untuk tempat tinggal sementara. Sejak menerima laporan adanya bencana, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Pemkab B ogor untuk menerjunkan bantuan, baik berupa sembako maupun personel bantu lapangan.
“Penanganan darurat sudah kita lakukan. Kita dirikan tenda untuk tempat tinggal sementara para korban. Bantuan juga sudah kita upayakan, mulai dari sembako, selimut dan makanan instan,” ungkapnya.
Enday juga mengatakan, status Kampung Sukaraksa masih siaga I. Kekhawatiran terbesarnya adalah jika hujan deras kembali mengguyur wilayah Sukaraksa. “Kami harapkan seluruh warga yang tinggal di Kampung Sirnagalih untuk waspada. Terutama, jika hujan deras turun. Tentu ini menjadi bom waktu,” ingatnya.
Ditanya mengenai kelanjutan nasib warganya yang saat ini menumpang di tenda pengungsian, Enday mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemkab untuk mengupayakan adanya relokasi rumah.
“Kita sudah laporkan dan usulkan untuk direlokasi. Kepastiannya kapan, ini tergantung pemkab. Pertimbangan besar tentu terletak pada ketersediaan anggaran, apakah RAB cukup atau tidak,” jelasnya. Enday juga blak-blakan, selain Sukaraksa yang berstatus waspada, beberapa desa lain juga berstatus siaga bencana, terutama longsor.
“Saya rasa hampir semua desa di Cigudeg tergolong rawan bencana,” jelasnya. Pantauan Radar Bogor hingga pukul 15:30, bantuan kepada korban terus berdatangan. Selain dari pemkab, bantuan datang dari PMI Kabupaten Bogor yang menyediakan tenda, sembako dan belasan personel bantu.
Berdasarkan pantauan, kondisi rumah warga yang tergerus retakan nyaris tidak layak untuk ditempati. Beberapa warga juga masih terlihat sibuk mengevakuasi barang-barang berharga yang ada di dalam rumah. Hingga kini, penyebab utama munculnya keretakan belum dapat dipastikan. Warga setempat pun mengaku tidak tahu kenapa tanah di kampung mereka bisa amblas.
“Retaknya mah sudah dari Minggu, Mas. Saya enggak tahu kalau ada bencana kayak gini,” tutur Salim (45), salah satu warga yang rumahnya ambruk. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu mengatakan, saat kejadian, ia bersama istri dan kelima anaknya sedang di rumah. Beberapa puluh menit setelah hujan deras mengguyur, ia merasakan ada goncangan di lantai rumahnya.
“Langsung saya teriak dan keluar. Alhamdulillah gak kena apa-apa. Cuma barang-barang rusak ketimpa runtuhan tembok,” bebernya. Informasi yang dihimpun, retakan tersebut terjadi lantaran keberadaan praktik penambangan batubara di kaki bukit Gunung Batukaca Muleit yang berjarak sekitar dua kilometer dari perkampungan warga.
“Setahu saya ada tambang batubara. Enggak tahu sekarang masih atau enggak. Bisa jadi retakan ini muncul karena ada galian tambang itu,” ucap Wakil Ketua BPD Sukaraksa, Tirta Sutirta kepada Radar Bogor, kemarin.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Leave A Comment...