Kekerasan Remaja Salah Orang Tua?

Tindak kekerasan yang sering dilakukan kalangan remaja akhir-akhir ini karena kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya, kata Psikolog Universitas Diponegoro Semarang Hastaning Sakti.

"Lingkungan keluarga, orang tua sebenarnya yang membentuk karakter anak. Kalau orang tua sering bertindak kasar dalam mendidik anak, maka karakter anak akan ikut temperamental," katanya di Semarang, Sabtu (10/12), seperti dikutip Antara.

Tindak kriminal yang dilakukan remaja akhir-akhir ini sering terjadi di Semarang. Kejadian terakhir pada Selasa (29/11) berupa perampasan sepeda motor yang dilakukan delapan tersangka, lima di antaranya perempuan muda dan satu pelaku bahkan masih SMP.

Aksi perampasan sepeda motor disertai kekerasan oleh para pelaku yang tergabung dalam Geng Cokor, bercirikan anggota remaja yang tidak mengenakan alas kaki itu, ternyata didasari hal sepele yakni tersinggung ucapan korban.

Ia mengakui, mereka yang berusia remaja cenderung memiliki emosi tidak stabil dan mudah tersulut, terlihat dari aksi kekerasan mereka yang seringkali dipicu persoalan-persoalan bersifat sepele.

Persoalannya, kata dia, para remaja yang melakukan kekerasan dan tindak kriminal itu sering tidak memikirkan secara jauh dampak dan akibat dari perbuatannya itu, bahkan sampai menghilangkan nyawa orang lain.

"Mereka (remaja, red.) tidak berpikir jauh, kalau melakukan ini apa akibatnya? Melakukan itu akibatnya apa? Sebab pemikiran mereka cenderung sempit, ditambah rasa kurang menghargai atas dirinya," katanya.

Ia menjelaskan, seseorang harus bangga dengan dirinya, sebab dengan rasa bangga itu bisa membantunya mewujudkan impian dan cita-citanya. Jika sudah tidak ada rasa bangga, tidak ada semangat untuk menggapai cita-cita.

"Semestinya, perasaan bangga itu yang harus dipupuk pada remaja, baik di lingkungan keluarga dan sekolah. Ini perlu agar remaja merasa punya harapan dan pasti berpikir lebih jauh sebelum melangkah," katanya.

Kenyataannya, kata dia, orang tua kerap tidak memperlakukan anak dengan semestinya. Misalnya, mereka sering temperamental dan kasar menghadapi anak, meski maksud sebenarnya orang tua baik untuk menasihati anak.

"Mungkin maksud orang tua baik, tapi berikan nasihat secara lembut. Jangan menyepelekan anak, misalnya mengatakan anak tidak bisa ini dan itu, perlakuan semacam itu membuat anak tidak bangga dengan dirinya," katanya.

Selain itu, katanya, tayangan televisi turut andil dalam membentuk remaja menjadi temperamental, seperti selama ini banyak sinetron dan tayangan yang kerap mempertontonkan adegan kekerasan dan perseteruan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...