Perempuan Penggemar Robotika Bikin Robot seperti Makan

TERTANTANG: Karena rumit itulah, Nita penasaran dan ingin terus belajar demi menghasilkan robot yang lebih canggih.
Jika mendengar kata robotika, yang sering terbayang adalah perhitungan elektronika rumit serta nuansa maskulin. Meski lekat dengan kaum lelaki, bidang robotika tak membuat cewek-cewek kelas X SMAN 1 Sidoarjo ini mundur. Mereka justru menyukainya.

HOBI mengutak-atik barang elektronik membuat Titi Bunita Dyana Kumara (Tita), Yunita Surya Pratiwi (Nita) dan Bara Pramita Watshi Kencana (Bara) tertarik mempelajari robotika. Bahkan, sejak duduk di bangku taman kanak-kanak, Nita menyatakan lebih menyukai robot daripada boneka, berbeda dengan bocah perempuan pada umumnya.

Sedangkan Bara mengaku tertantang dengan kerumitan robotika. Misalnya, menyusun dan menghitung komponen elektronik serta menyiapkan programing untuk robot dengan kemampuan tertentu.
”Biasanya, saya cepat bosan. Tetapi, itu berbeda. Saya enjoy membongkar pasangnya,” tutur remaja yang menekuni robotika sejak duduk di bangku SMP tersebut.

Tiga siswi tersebut bertemu di kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) robotika sekolah mereka. Sekali dalam sepekan, mereka belajar bareng. Saat sudah bergumul dengan peralatan elektronik, mereka lupa waktu. Bahkan, ada yang menganggap perakitan saat menyolder sama dengan menikmati makanan.

”Awalnya, takut. Lama-lama terbiasa. Solder jadi sendoknya, timah jadi garpu dan PCB (printed circuit board) jadi piringnya. Makanannya peralatan yang saya solder,” kata Nita.

Robot yang mereka rakit memang sangat sederhana dan belum memiliki bentuk jelas. Fungsi robot yang mereka buat saat ini barulah mendeteksi garis hitam saja. Itu pun sudah cukup membuat mereka bingung.

”Paling rumit itu merancang program untuk robot. Butuh waktu empat bulan (menguasainya),” tutur Bara.

Bara memang memiliki lebih banyak pengalaman karena lebih dahulu mendalami robotika daripada dua temannya itu. Dia pernah mengalami hal buruk saat berlomba di Java Robot Contest ITS. Waktu itu dia masih duduk di kelas IX. Sensor robotnya bermasalah.

”Seharusnya, robot tim saya belok mengikuti garis hitam, tapi sensornya mati. Jadi, robotnya lurus saja,” ungkapnya.

Untuk masa mendatang, tiga perempuan itu berangan-angan bisa menciptakan sebuah robot canggih dan bermanfaat. Misalnya, Tita ingin menciptakan robot untuk dijadikan kuli pertambangan. Tujuannya, tak ada lagi manusia yang terkubur karena bekerja di pertambangan.

”Manusianya cuma bertugas memilih batubara,” ujarnya. Sedangkan Bara ingin menciptakan robot yang bisa menggantikan tugas pembantu rumah tangga. Dia juga ingin bisa membuat robot penjinak bom.

Sementara itu, Nita ingin menciptakan robot yang bisa terbang dan membantu pak pos. ”Supaya pak posnya kalau nganterin surat dalam kota lebih cepat, nggak kena macet,” tuturnya.
Di antara tiga siswi itu, yang berminat melanjutkan hobi robotika ke jenjang yang lebih serius adalah Tita.

Dia bercita-cita menjadi mahasiswi fakultas teknik ataupun yang berhubungan dengan robotika. Sedangkan Nita dan Bara hanya ingin melanjutkan kesenangan terhadap dunia robotika sebagai hobi. Nita lebih memilih menjadi dokter, namun tetap ingin bergabung dengan komunitas robot.

Sedangkan Bara ingin melanjutkan pendidikan di bidang pertambangan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...