Rabu, 14 Desember 2011 , 09:36:00 Kehidupan Penderita Tumor Ganas Makan dan Minum Pakai Selang, Rumah Digadai

MENDERITA: Siti (kanan) duduk di kursi depan rumahnya.
Sejak Februari lalu, Siti Sukaesih (38) warga RT 01/01, Kampung Cibolang, Desa Banjarsari, Kecamatan Ciawi menderita tumor di lidah. Sehingga, ibu dua anak ini tak bisa berbicara dan melakukan aktivitas seperti biasanya.

Laporan: FREDY KRISTIANTO

Duduk di atas kursi depan rumahnya, Siti Sukaesih tampak lemah karena penyakit yang dideritanya. Kini, istri dari Johan (40) ini tak bisa melaksanakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga, karena untuk mengurusi diri sendiri pun ia sudah tak mampu. Apalagi harus memberi perhatian lebih kepada dua anaknya yang masih duduk di bangku kelas 3 SMP dan kelas 3 SD.

Akibatnya, Johan mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibantu oleh kedua putri tercintanya. Menurut Johan, awalnya penyakit Siti ditandai dengan sariawan disertai gatal-gatal di sekitar lidah dan membentuk benjolan kecil.

Tak kuat menahan, Siti menusuknya memakai jarum pentul, namun rasa gatal tersebut tak hilang. “Istri saya juga meneteskan benjolan itu dengan obat panu, tapi malah bertambah parah,”tuturnya kepada Radar Bogor sambil tertunduk lesu.

Setelah itu, Johan pun membawa istrinya ke klinik 24 jam sebanyak tiga kali. Meski telah diberi obat, serta menjalani pengobatan alternatif namun benjolan makin parah dan membesar.

Melihat kondisi itu, Johan membawanya ke RSUD Ciawi dan menyatakan jika Siti menderita tumor ganas, serta harus dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

“Saat itu, istri saya sudah tak bisa makan dan minum lagi, kemudian pihak RS memberi rujukan agar saya membawa istri ke RS Kramatsentiong. Saat itu juga langsung dioperasi dan benjolan pun kempes, tapi hanya bertahan satu bulan, setelah itu kambuh lagi,” tutur Johan dengan mata berkaca-kaca.

Akibatnya, lidah Siti Sukaesih pun mulai membusuk, sehingga organ perasanya terus menjulur dan mengeluarkan bau yang kurang sedap.

Bahkan, untuk menelan makanan serta air pun terpaksa menggunakan selang melalui lubang hidung sebelah kirinya karena pembengkakan sudah merambah hingga ke tenggorokan.

Keadaan ekonomi keluarga Siti yang pas-pasan pun membuat Johan terpaksa menggadaikan rumah satu-satunya seharga Rp10 juta kepada tetangga terdekatnya untuk biaya pulang pergi ke RS Cipto Mangunkusumo untuk menjalani terapi kemo yang baru dilakoni sebanyak dua kali.

Sedangkan agar mencapai kesembuhan pengobatan tersebut harus dilakukan selama enam kali. “Saya menggunakan Jamkesda untuk menjalani terapi,” tegas pria yang juga menjabat Kaur Ekonomi Desa Banjarwangi, itu.

Ia berharap, ada dermawan yang meringankan beban dengan menyisihkan sedikit rezeki untuk biaya pengobatan ke rumah sakit. Sebab, sekali terapi ia harus merogoh kocek Rp300 ribu untuk menyewa mobil, karena tak mungkin membawa menggunakan kendaraan umum.

“Kita berharap, Dinas Kesehatan dan Kesra Kabupaten Bogor, memberikan bantuan,” pungkasnya.(*)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...