Sigi Wimala, Model yang Jadi Duta Museum Pertama Indonesia

Gemar Bengong di Museum, Ditugasi Ubah Kesan Horor

Sigi Wimala belum lama ini dilantik sebagai Duta Museum Indonesia. Model, bintang iklan, fotografer, sutradara sekaligus arsitek ini menjadi orang pertama yang menyandang gelar Duta Museum. Dengan jabatan barunya, Sigi wajib berusaha sebaik mungkin menyampaikan kepada khalayak bahwa museum bukanlah tempat berisi kisah suram dan cerita horor.

Museum identik dengan benda bersejarah dari masa lalu beserta segala macam ceritanya. Kuno, suram dan dekil adalah stereotype yang kemudian muncul akibat identifikasi museum sebagai tempat masa lalu berbagi kisah.

Tentu saja kesan angker dan horor kemudian mengikutinya. Tentu saja anggapan tersebut tidak tepat. Benar bahwa museum adalah tempat menyimpan benda penting dari masa lalu beserta latar sejarahnya masing-masing. Tapi, bukan berarti museum hanya berisi barang kuno. Benda dari masa kini juga menjadi penghuninya.

Tidak tepat pula jika kemudian museum diidentikan dengan kisah horor beserta bumbu keangkeran lainnya. "Museum adalah tempat belajar. Going to museum is cool," ujar Sigi Wimala usai pengukuhannya sebagai Duta Museum di Museum Nasional. Sigi berjanji akan berkampanye bahwa mengunjungi museum adalah sesuatu yang menyenangkan. Dia juga berjanji untuk terus berusaha mengubah kesan suram dan horor museum. Bagaimana caranya?

"Yang paling sederhana adalah nge-tweet. Bisa juga lewat blog," ujarnya. Sebagai duta museum, Sigi tentu akan mendapat jadwal ketat dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengampanyekan kunjungan ke museum. Maklum saja, gelar duta museum dengan masa jabatan selama setahun yang disandang Sigi adalah bagian kegiatan dari Gerakan Nasional Cinta Museum.

Keberadaan dan tugas Sigi sebagai duta memang diharapkan untuk meningkatkan kunjungan ke museum selain mengubah kesan suram dan kusam museum itu sendiri. "Saya sering datang ke museum. Kalau sudah di museum, saya suka diam dan mencari inspirasi," kata Sigi. Selama bengong di museum, hal pertama yang dia perhatikan adalah arsitektural gedung museum. Wajar saja, Sigi memang memiliki latar belakang pendidikan arsitek. Inspirasi yang didapat dari hasil bengong di museum sering dia manfaatkan dalam aktivitas kerjanya.

"Membuat film pendek tentang museum? Kenapa tidak," ujar Sigi. Selain menjadi model dan bintang iklan, Sigi juga aktif sebagai sutradara film. Sigi menambahkan, membuat film pendek tentang museum bukan hal yang rumit. Dengan menggunakan teknologi sederhana seperti kamera telepon seluler, sebuah film pendek bisa diciptakan. Mengunggah film pendek tentang museum dengan alat sederhana ke situs seperti Youtube, menurut Sigi, bisa menjadi cara mudah memromosikan pentingnya datang ke museum.

Wanita berambut panjang ini menambahkan, selain menjadi sumber inspirasi, museum juga dia andalkan untuk berekreasi bersama keluarganya. "Belum lama ini saya ke museum transportasi di Taman Mini. Kebetulan anak saya sedang tertarik dengan tokoh kartun yang berbentuk kereta. Ke museum jadi makin menyenangkan karena dia bisa melihat bentuk asli kartun kesukaannya," beber Sigi.

Agenda terdekat Sigi sebagai duta museum adalah menghadiri dua kegiatan di Bandung dan Bali. Di dua tempat itu Sigi ditugaskan untuk menjaring sebanyak mungkin peminat museum yang bisa menjadi penarik pengunjung ke museum. "Kaget juga saat dinyatakan terpilih menjadi duta museum. Saya bangga dengan kepercayaan ini. Dengan posisi saya sebagai duta museum, saya bisa nelihat dari dalam dan menyampaikannya kepada masyarakat mengapa museum kita begini atau begitu. Tidak lagi asal protes," tutur Sigi.

Sigi terpilih setelah menyisihkan 30 orang calon duta museum lainnya. Pada 22 November lalu, dia resmi terpilih menjadi duta museum setelah mendapat nilai tertinggi di antara enam orang calon tersaring lainnya. Saringan terakhir duta museum dilakukan melalui serangkaian tes tertulis dan wawancara. Pesohor kondang Usi Sulistyawati adalah salah satu calon duta museum yang tersaring hingga enam besar. Saat ditanya bagaimana cara mengampanyekan bahwa museum adalah tempat rekreasi edukatif tanpa horor, Sigi menyebut cara konvensional tidak akan maksimal. Menurutnya, cara konvensional seperti memasang baliho berisi imbauan berkunjung ke museum tidak akan banyak membantu.

"Justru kampanye dari mulut ke mulut sepertinya bisa lebih efektif karena testimonial yang berasal dari pengalaman riel," tandasnya. Sebagai duta museum pertama, aktivitas Sigi akan menjadi contoh bagi duta-duta selanjutnya. Pemilihan duta museum rencananya akan dilakukan setiap tahun dengan tugas yang sama untuk mengubah kesan suram dan horor museum selama ini. Meningkatkan kembali ketertarikan masyarakat untuk mengunjungi museum memang sudah sangat diperlukan. Menurut pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali, revitalisasi museum yang digagas pemerintah tidak hanya menyentuh sisi fisik saja.

"Saya berharap peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelola museum juga diperhatikan. Saat ini saya masih melihat revitalisasi yang dilakukan masih sebatas program fisik, program perbaikan gedung dan semacamnya," kata Asep kepada INDOPOS. Menurutnya, revitalisasi SDM seharusnya berada dalam prioritas program pemerintah. "Contoh kecil saja, sampai kini tidak ada petugas yang secara khusus memberi sambutan kecil sekadar ucapan selamat datang kepada pengunjung museum. Yang ada adalah bayar tiket, barang tertentu tak boleh masuk dan sudah," beber Asep.

Ramah tamah sederhana semacam itu Asep anggap penting sebagai bagian mengubah stigma museum dari tempat kusam menjadi lokasi rekreasi pendidikan yang nyaman. "Mestinya, revitalisasi fisik itu adalah nomor dua atau ke sekian setelah revitalisasi SDM," tambahnya. Asep menegaskan, revitalisasi fisik tanpa dibarengi tevitalisasi SDM tidak akan banyak membantu perubahan kesan seram dan kaku museum seperti yang diharapkan pemerintah

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...